Sudah Resmi Beredar, Sebenarnya Apa Itu Bahan Bakar Solar B20?
Tahukah Anda jika mulai 1 September 2018 kemarin, pemerintah Indonesia telah mewajibkan penjualan bahan bakar Biodiesel 20 (B20) di Tanah Air. Pihak Pertamina sebagai fasilitator pun diharuskan untuk menyebarluaskan bahan bakar B20 ini ke berbagai SPBU miliknya.
Hal ini dilakukan usai kebijakan Mandatori B20 resmi dikeluarkan oleh Pemerintah. Lantas, apa sebenarnya solar B20 itu?
Dilansir dari berbagai sumber, solar Biodiesel 20 (B20) adalah bahan bakar alternatif yang dibuat dengan mencampur bahan bakar solar dengan biodiesel dari minyak sawit. Jumlah B menunjukkan persentase biodiesel, sehingga B20 merupakan perpaduan 20% minyak sawit dan 80% solar minyak bumi.
Mandatory perluasan bahan bakar Solar B20 itu secara resmi boleh digunakan oleh kendaraan yang tak disubsidi atau non public service obligation (PSO). Solar B20 itu sendiri pada awalnya diwajibkan kepada kendaraan bersubsidi atau public service obligation (PSO) seperti kereta api. Akan tetapi Pemerintah ingin penggunaannya ini diperluas dan wajib pada kendaraan non-PSO, termasuk mobil pribadi.
Tujuan utama untuk mengurangi defisit dan impor bahan bakar minyak serta menghemat devisa negara. Penerapan ini dilakukan karena bahan bakar tersebut merupakan bentuk nyata dari energi terbarukan dengan minyak nabati dari kelapa sawit Crude Palm Oil (CPO). Sedangkan solar merupakan energi fosil yang selama ini digunakan merupakan energi yang akan habis.
Pihak Pertamina juga mengklaim bahwa penggunakan B20 akan membuat mobil diesel jadi lebih hemat serta ramah lingkungan. Dalam pelaksanaan mandat ini, Pertamina tidak mengubah harga di tataran konsumen sehingga harga B20 tersebut tidak berbeda dengan harga solar saat ini.
Sementara itu, mekanisme pencampuran B20 akan melibatkan dua badan usaha. Pertama Badan Usaha Bahan Bakar Minyak (BU BBM) selaku penyedia solar. Setelah itu Badan Usaha Bahan Bakar Nabati (BU BBN) yang memasok fatty acid methyl esters (FAME) dari crude palm oil (CPO).
Kebijakan ini selain untuk menghemat biaya impor, penggunaan B20 juga diharapkan dapat memberikan kontribusi mengurangi emisi CO2 sebesar 6-9 juta ton per tahun. Selain itu penggunaan biodisel dianggap bisa memperbaiki neraca perdagangan Indonesia karena bakal mengurangi impor minyak sehingga menghemat devisa. Pemerintah menargetkan dari kebijakan itu dapat menghemat US$2,3 miliar hingga Desember 2018.